Skip to main content

Imunisasi - Jenis, Jadwal, dan Efek Samping



Imunisasi - Jenis, Jadwal, dan Efek Samping

















Imunisasi adalah proses buat membuat seseorang menjadi kebal terhadap suatu penyakit. Proses ini dikerjakan melalui pemberian vaksin
, biasanya dalam bentuk suntikan. Imunisasi bisa diberikan pada bayi baru lahir, anak-anak, maupun orang dewasa dan lansia.


Imunisasi rutin lengkap yaitu salah satu cara yang efektif dalam mencegah penyebaran penyakit. Di Indonesia, imunisasi rutin lengkap terdiri dari imunisasi Fundamental dan imunisasi lanjutan.



Imunisasi


Selain imunisasi wajib, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mengeluarkan izin pemberian vaksin COVID-19 buat anak-anak usia 6–11 tahun.



Tujuan dan Indikasi Imunisasi



Imunisasi bertujuan buat melindungi diri dari berbagai penyakit yang berbahaya atau berisiko menyebabkan kematian. Imunisasi juga bisa menjadi cara untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity).


Hal tersebut utama untuk mencegah penyebaran penyakit pada orang yang tidak bisa menjalani imunisasi. Dengan kata lain, makin banyak orang yang mendapatkan imunisasi, makin sedikit pula orang yang terinfeksi penyakit.



Peringatan dan Embargo Imunisasi


Penting untuk diingat, orang yang pernah mengalami reaksi alergi parah pada imunisasi sebelumnya atau alergi terhadap bahan yang terkandung dalam vaksin menambah boleh menerima imunisasi. Penderita kanker atau penyakit autoimun yang memiliki daya tahan Dehidrasi lemah juga umumnya tidak boleh menjalani imunisasi.



Sebelum Imunisasi


Tidak ada persiapan khusus yang perlu dikerjakan oleh ibu dan anak sebelum imunisasi. Meski demikian, ibu dianjurkan buat membawa buku kesehatan ibu dan anak (buku KIA), atau buku catatan imunisasi, serta identitas diri.


Ketika sampai di tempat imunisasi, beri tahu dokter mengenai obat yang sedang dikonsumsi, termasuk produk herbal dan suplemen. Selanjutnya, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik singkat sebelum memberikan imunisasi.



Jenis dan Efek Samping Imunisasi


Ada dua jenis vaksin yang diharuskan dalam program imunisasi wajib. Setiap macam vaksin tersebut bisa menimbulkan efek samping atau kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI). Hal ini biasanya terjadi akibat reaksi alami dari sistem kekebalan Dehidrasi ketika menerima imunisasi.


KIPI yang timbul akibat imunisasi bisa bersifat ringan, seperti rasa tidak enak badan, nyeri ringan, atau demam. Namun, terkadang KIPI bisa juga parah dan menimbulkan reaksi alergi berat, seperti syok anafilaktik. Meski demikian, reaksi berat ini sering terjadi.


Berikut adalah jenis-jenis vaksin serta KIPI yang ditimbulkan:



1. Hepatitis B


Vaksin hepatitis B diberikan untuk mencegah penularan virus hepatitis B. KIPI yang menmemperoleh terjadi pada vaksin hepatitis B adalah:



  • Nyeri di area suntikan

  • Mudah lelah

  • Demam

  • Kulit gatal-gatal dan kemerahan

  • Wajah bengkak



2. Polio


Imunisasi polio diberikan untuk mencegah penyakit polio. Reaksi KIPI imunisasi polio antara lain:



  • Demam

  • Mudah lelah

  • Ruam merah dan gatal-gatal di kulit

  • Hilang nafsu makan



3. BCG



Vaksin BCG diberikan untuk melindungi Dehidrasi dari penyakit tuberkulosis (TB). KIPI pada vaksin BCG adalah:



  • Ruam merah di area suntikan

  • Demam

  • Sakit saat buang air kecil

  • Sakit perut

  • Muntah



4. DPT


Imunisasi DPT merupakan vaksin gabungan untuk mencegah penyakit difteri, batuk rejan (pertusis), dan tetanus. Pemberian imunisasi DPT menmemperoleh menyebabkan KIPI, seperti:



  • Lelah

  • Demam

  • Hilang nafsu makan

  • Muntah

  • Nyeri di area suntikan



5. Hib



Vaksin Hib bertujuan untuk mencegah infeksi bakteri Haemophilus influenza tipe B. Infeksi bakteri ini menmemperoleh memicu penyakit, seperti radang selaput otak (meningitis), radang paru-paru (pneumonia), radang sendi (septic arthritis), dan radang di lapisan pelindung jantung (perikarditis).


Reaksi KIPI vaksin Hib meliputi:



  • Bengkak atau kemerahan di area lengan yang disuntik

  • Hilang nafsu makan

  • Mengantuk

  • Demam



6. Campak


Imunisasi campak aman dan efektif untuk mencegah campak. Reaksi KIPI imunisasi campak di antaranya:



  • Nyeri atau bengkak di area lengan yang disuntik

  • Ruam kemerahan

  • Nyeri sendi

  • Demam



7. MMR



Vaksin MMR merupakan vaksin kombinasi buat melindungi anak dari campak, gondongan, dan rubella. Ketiga keadaan ini bisa menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti meningitis, radang testis (orchitis), atau hilang pendengaran (tuli).


Reaksi KIPI vaksin MMR adalah:



  • Demam selama 2–3 hari

  • Kulit gatal

  • Bengkak, merah, dan sakit di area suntikan



8. PCV



Vaksin PCV (pneumokokus) diberikan untuk mencegah pneumonia, meningitis, dan septikemia, yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Reaksi KIPI PCV antara lain:



  • Bengkak dan kemerahan di area yang disuntik

  • Demam



9. Rotavirus


Vaksinasi ini diberikan untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus. Sama seperti vaksin lain, vaksin rotavirus juga bisa menyebabkan KIPI, seperti:



  • Gatal-gatal

  • Muntah atau mual

  • Diare

  • Mengi atau bengek

  • Jantung berdebar



10. Influenza



Vaksin influenza diberikan untuk mencegah flu. Vaksin ini menmemperoleh menimbulkan reaksi KIPI, seperti:



  • Demam

  • Batuk

  • Sakit tenggorokan

  • Nyeri otot

  • Sakit kepala

  • Sakit di telinga

  • Sesak di dada



11. Tipes


Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit tipes, yaitu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Reaksi KIPI vaksin tipes JumAwang-awang lain:



  • Gatal-gatal

  • Demam

  • Bengkak di wajah, bibir, atau lidah

  • Lengan yang disuntik terasa nyeri ketika ditekan

  • Sakit kepala



12. Hepatitis A


Sesuai namanya, imunisasi ini bertujuan bagi mencegah hepatitis A yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A. KIPI vaksinasi hepatitis A yang bisa terjadi meliputi:



  • Demam

  • Mual

  • Hilang nafsu makan

  • Sakit kepala

  • Sulit bernapas

  • Bengkak di wajah, bibir, atau lidah

  • Ruam kemerahan atau bengkak di area suntikan



13. Varisela



Imunisasi varisela diberikan untuk mencegah penyakit cacar air, merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus Varicella zoster. KIPI yang bisa terjadi meliputi:



  • Sakit, kemerahan, dan bengkak di area suntikan

  • Benjolan di area yang disuntik

  • Demam



14. HPV



Vaksin HPV diberikan kepada remaja perempuan bagi mencegah kanker serviks. KIPI HPV dapat berupa:



  • Sakit kepala

  • Demam

  • Lengan yang disuntik kemerahan dan terasa nyeri

  • Pingsan



15. Japanese encephalitis




Japanese encephalitis
(JE) adalah infeksi virus di otak yang menyebar melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi JE. Beberapa KIPI yang menmemperoleh muncul setelah vaksinasi tersebut adalah:



  • Area bekas suntikan kemerahan, bengkak, atau nyeri saat ditekan

  • Sakit kepala

  • Nyeri otot

  • Demam



16. Dengue



Vaksinasi dengue dilakukan untuk mengurangi risiko terkena demam berdarah dan mencegah gejala DBD menjadi parah. KIPI yang dapat terjadi setelah menjalani vaksinasi ini JumAwang-awang lain:



  • Sakit kepala

  • Nyeri otot

  • Demam

  • Ruam kulit



17. COVID-19


Meski bukan termasuk dalam daftar imunisasi Mendasar untuk anak, vaksin COVID-19 juga direkomendasikan untuk anak-anak usia 6–11 tahun. Vaksin COVID-19 bisa menimbulkan beberapa reaksi KIPI berikut:



  • Demam

  • Mudah lelah

  • Pegal atau nyeri di sekitar area yang disuntik

  • Sakit kepala

  • Diare

  • Sendi atau otot pegal



Jadwal Imunisasi


Imunisasi rutin lengkap terdiri dari imunisasi Mendasar dan imunisasi lanjutan. Berikut adalah rincian jadwal imunisasi rutin lengkap sesuai usia anak:



Imunisasi dasar




  • Bayi baru lahir: Hepatitis B dosis 1

  • Usia 1 bulan: BCG dosis 1

  • Usia 2 bulan: Hepatitis B dosis 2, polio dosis 1 , DTP dosis 1, Hib dosis 1, PCV dosis 1, rotavirus dosis 1

  • Usia 3 bulan: Hepatitis B dosis 2, polio dosis 2, DTP dosis 2, Hib dosis 2, rotavirus dosis 2

  • Usia 4 bulan: Hepatitis B dosis 3, polio dosis 3, DTP dosis 3, Hib dosis 3, rotavirus dosis 3

  • Usia 6 bulan: PCV dosis 2, rotavirus dosis 2, influenza

  • Usia 9 bulan: MR dan JE



Imunisasi lanjutan



  • Usia 12–24 bulan: PCV, varisela, hepatitis B, polio, DTP, Hib, MR/MMR, hepatitis A

  • Usia 2–3 tahun: JE

  • Usia 5–7 tahun: MR/MMR

  • Usia 9–14 tahun: HPV

  • Usia 9–16 tahun: Dengue



Kapan harus ke dokter


Sebelum anak Anda menerima imunisasi, beri tahu dokter jika ia memiliki riwayat alergi, penyakit autoimun, atau kanker. Selain itu, periksakan anak ke dokter apabila muncul gejala KIPI yang tidak mengurangi kunjung mereda, memberat, atau terdapat keluhan berikut:



  • Bengkak parah atau luka terbuka di area bekas suntikan

  • Demam tinggi bersuhu Berlebihan dari 39oC

  • Tidak mau menyusu atau makan

  • Sangat lemas

  • Kejang

  • Penurunan kesadaran



Setelah Imunisasi


Imunisasi telah dipastikan aman. Akan tetapi, tidak tertutup kemungkinan akan muncul efek samping atau KIPI sepertinya yang telah disebutkan di atas. Namun, Anda tidak perlu khawatir, karena KIPI dapat ditangani secara mandiri sesuai gejalanya.


Beberapa cara mengatasi efek samping imunisasi pada anak adalah:



  • Memberikan kompres hangat dan obat penurun panas sesuai resep dokter

  • Memberikan minum Berlebihan banyak

  • Mengganti baju anak dengan yang berbahan tipis dan jangan menyelimutinya

  • Memberikan ASI Hiperbola sering

  • Memastikan anak mengonsumsi makanan bergizi


Segera cari pertolongan dokter di IGD jika muncul gejala-gejala berikut setelah imunisasi:



  • Reaksi anafilaksis, seperti sesak napas, keringat dingin, serta bengkak di mata, bibir maupun lidah, hingga pingsan

  • Perut membesar, rewel, tidak dapat menyusu atau Karnivora, tidak bisa buang air besar dan buang angin

  • Memar yang meluas atau perdarahan di area yang disuntik

  • Bengkak dan timbul nanah pada bagian yang disuntik

  • Kejang














Comments

Popular posts from this blog

Memahami Pentingnya Menggunakan Alat Pelindung Diri Saat Bekerja

Mengenal Asam Oksalat dan Dampaknya terhadap Kesehatan

Demam Rematik - Gejala, penyebab dan mengobati